• Teddi Prasetya
  • NLP Basic
  • 1 Comment

Seri Kenalan dengan NLP #2

Apa kabar? Bagaimana pagi Anda, Sobat? Setelah membaca artikel “NLP? Apaan Tuh?” kemarin, apa saja yang sudah dipraktikkan?

OK, mari kita tinjau sejenak. Saya berasumsi Anda sudah menjalankan latihan di bagian akhir artikel tersebut. Dan saya sungguh amat penasaran, apa saja yang Anda temukan setelah mencobanya.

  • Tuliskan 10 kata yang menghadirkan beragam emosi dalam diri Anda. Kenali apa saja emosi yang dipicu oleh kata-kata tersebut.
  • Tuliskan 10 kalimat yang selama ini selalu memicu emosi negatif dalam diri Anda. Jika sudah, kalimat seperti apa yang menurut Anda tepat untuk menggantikannya?
  • Temukan 5 kondisi yang ingin Anda ubah dalam diri Anda. Misalnya, malas melakukan sesuatu, kesal pada orang tertentu, dll. Kenali apa kalimat-kalimat yang sering Anda ucapkan. Jika sudah, bagaimana Anda akan menggantinya?

Jika Anda sama dengan saya dan kebanyakan orang, mungkin Anda akan mendapati bahwa sadar atau tidak, setiap saat kita selalu berkata-kata. Dan setiap kata yang kita ucapkan adalah pengendali dari apa yang kita rasakan. Menariknya lagi, setiap hal yang kita rasakan adalah penggerak dari apa yang kita lakukan.

Nah, sampai di sini jadi makin asyik nih. Sebab jika demikian ceritanya, maka kita jadi paham mengapa sebuah kejadian demikian buruk terasa, dan sulit dihilangkan. Jangan-jangan, sebab kita mengucapkan kata-kata yang memperburuk keadaan. Sudahlah macet, lalu mengeluh, “Wah, gak bener nih pemerintah, ngurus jalanan aja nggak beres. Gimana rakyat kayak saya gak makin susah?”

Adakah kalimat serupa ini menjadikan keadaan kita lebih baik?

Anda tentu sepakat, tidak, bukan? Lalu memahami hal ini, apa keputusan baru yang akan Anda ambil? Apa kata-kata baru yang akan Anda ucapkan pada diri sendiri?

Sisi lain, kita juga jadi semakin menyadari bahwa perasaan positif dan bahagia sejatinya tak datang tiba-tiba. Ia pun datang sebab kata-kata yang kita ucapkan. Kala sebuah karunia datang, lalu kita berucap, “Wah, Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Betapa beruntungnya saya mendapat karunia ini,” apa saja yang terasa? Seperti apa rasanya? Bagaimana ia mempengaruhi hari Anda? Bagaimana perilaku Anda berbeda karenanya?

Ah, sampai di pemahaman ini, saya pun manggut-manggut, menyadari satu hal. “Mungkin, ini sebabnya ajaran agama, dan rasanya semua agama, berbentuk verbal.” Dan Islam, agama saya, sungguh sangat menjaga ajaran verbal tersebut hingga memastikan bahkan tiap katanya otentik, tidak dimodifikasi oleh orang dari generasi ke generasi.

Nah, sekarang, mendapati pemahaman baru ini, saya sungguh penasaran, demi apa saja kata-kata yang akan Anda ucapkan tentang:

Diri Anda?

Keluarga Anda?

Rekan kerja Anda?

Tetangga Anda?

Pekerjaan Anda?

Author: Teddi Prasetya

Leave a Reply

1 Comment