• Teddi Prasetya
  • NLP Practice, NLP Reflections
  • 1 Comment

Sudah 1,5 tahun sejak pertama kali Indonesia NLP Society berdiri. Pertama kali mengusung tema Street Smart NLP, saya hanya berangkat dari sebuah tujuan sederhana: mempelajari NLP dengan benar dan mudah, serta murah. Selama kurun waktu tersebut pula, saya berinisiatif untuk menggunakan berbagai metode pembelajaran yang memungkinkan bagi saya dan anggota komunitas ini untuk belajar secara efektif. Melalui penelusuran, saya menemukan bahwa proses belajar menjadi lebih efektif ketika kita menggunakan 3 siklus pembelajaran, yaitu mengetahui, melatih, dan menarik maknanya.

Mengetahui didapat dengan jalan membaca dan mengikuti berbagai forum pelatihan dan sharing. Inilah mengapa saya berusaha sekuat tenaga untuk menggalakkan NLP Talks dan NLP on Class. Sisi lain, forum pelatihan dan sharing tentu tidak cukup untuk memberikan pemahaman yang menyeluruh mengenai ilmu luar biasa seperti NLP ini. Waktu 4 jam-2 hari jelas tidak akan pernah bisa merangkum samudera pengetahuan secara lengkap. Maka proses membaca dan merenungkan sendiri berbagai bacaan yang ada adalah hal lain yang amat penting untuk dilakukan di fase ini. Buku adalah guru yang paling sabar, ia akan selalu menerangkan hal yang sama persis setiap kali kita membolak-baliknya. Saya sendiri adalah seorang book freak, yang membaca buku NLP dimana saja dan kapan saja saya memiliki waktu untuknya. Bangun tidur, menjelang tidur, ketika di toilet, sambil macet di jalan, kapan pun. Dan, omong kosong bagi saya yang mengatakan membaca itu sedikit saja manfaatnya bagi pembelajaran. La wong orang-orang besar adalah mereka yang book freak kok. Termasuk Bandler dan Grinder yang melakukan review terhadap literatur psikologi, terapi, biologi, cybernetic, dll ketika melakukan proses modeling. Maka saya berani mengatakan bahwa untuk menjadi seorang praktisi NLP yang komplit, ia harus membaca sebanyak mungkin literatur tentang NLP dan ilmu-ilmu lain terkait dengan bidang yang digelutinya.

Melatih dilakukan dengan mempraktikkan apa yang sudah kita ketahui. Jelas, bahan bacaan tidak akan memiliki manfaat jika hanya ada di dalam ingatan. Ia baru berfaedah ketika diterapkan. Dan, omong-omong, justru dengan melakukan lah maka kita bisa memahami dengan lebih baik. “Kalau mau paham, LAKUKAN!” demikian bunyi salah satu presuposisi NLP. Apalagi, NLP sangat berorientasi pada praktik dan apa yang bisa bekerja dan bermanfaat. Maka satu-satunya cara untuk mengetahui apakah apa yang kita ketahui bermanfaat atau tidak ya dengan mempraktikkannya. Sebab Anda tentu tahu bahwa sebuah buku hanyalah peta dari realita yang sebenarnya. Seorang penulis, secanggih apapun ia, tidak akan pernah bisa menerangkan segala sesuatunya dengan begitu lengkap. Kita lah yang harus mencari tahu sendiri melalui praktik. Itulah sebabnya dalam NLP hanya dikenal istilah Praktisi. Namun demikian, karena efek dari NLP yang signifikan, maka pelajarilah dengan benar dulu apa yang akan Anda praktikkan, dengan mempelajarinya melalui literatur dan guru yang terpercaya.

Nah, fase menarik makna inilah yang menarik. Mengetahui dan melatih mungkin akan menjadikan Anda terampil, tapi belum tentu membuat Anda menjadi seorang master. Seorang master, disebut demikian karena ia memahami titik-titik kunci dari apa yang ia kerjakan. Dalam dunia bela diri, seorang master tidak lagi memerlukan pukulan, tangkisan, tendangan, dan jurus-jurus kembangan lain. Ia bisa mengalahkan lawan hanya dengan sentuhan sederhana. Dari mana datangnya kemampuan ini? Ya dari kegiatan mengetahui dan melatih juga, hanya saja dengan penghayatan yang tinggi. Jam penghayatan, istilah salah seorang dosen saya, untuk melengkapi jam terbang. Menggunakan NLP, penghayatan ini dapat dilakukan dengan mengambil meta position sehingga kita dapat melakukan evaluasi dengan lebih baik dari posisi yang netral. Dan salah satu cara ampuh untuk mengambil meta position adalah dengan membagi pengalaman Anda dengan orang lain. Ya, berbagi adalah cara untuk mengambil jarak dengan diri sendiri (dissociation). Jujur, saya menemukan banyak pemahaman dan pengalaman baru setiap kali saya membagi ilmu NLP. Modul yang sama persis, selalu menghadirkan makna baru setiap kali saya bagikan pada audiens yang berbeda.

Lalu, apa yang sudah saya putuskan, seperti tulisan saya di judul?

Saya sudah memutuskan, untuk menghadirkan sebanyak mungkin “Praktisi NLP” yang kompeten bagi Indonesia. Saya gunakan tanda petik (“”) di kata Praktisi NLP, untuk menghindari kesalahpahaman bahwa saya ingin membuat program sertifikasi.

Bukan, bukan itu. Saya belum berwenang untuk memberikan sertifikat. Lagipula, sudah ada beberapa orang trainer mumpuni yang saya kenal di Indonesia yang bisa melakukannya.

Lalu, apa yang saya tawarkan?

Saya menawarkan kepada Anda, siapa pun, yang benar-benar berminat untuk menjadi praktisi NLP yang serius. Saya katakan serius, karena bagi saya praktisi NLP adalah mereka yang melakukan what’s work, dengan dasar yang kuat. Melakukan what’s work, maka dalam program yang akan Anda ketahui nanti, kita akan melakukan amat banyak latihan, tidak saja di kelas, melainkan juga dalam kehidupan Anda sehari-hari.

Ya, program ini bukan program 1, 2, 5, 7 hari. Ini adalah program 2 bulan! Memang, 8 hari Anda akan berada di kelas, namun ada jeda waktu cukup banyak untuk Anda melakukan praktik dan pendalaman secara mandiri. Saya akan mengajak Anda untuk kuat dalam hal praktik dan teori, sekaligus!

Mengapa demikian?

Karena saya belum pernah menemukan sebuah pelatihan singkat yang bisa membentuk seorang Praktisi NLP handal. Ya, sebutlah nama seorang Praktisi NLP handal yang Anda kenal, dan saya yakin Anda akan menemuinya sudah mendalami NLP jauh sebelum mereka mengikuti pelatihan. Maka pelatihan 5-7 hari tampak bisa membentuk kompetensi mereka, padahal banyak orang tidak tahu bahwa pelatihan mereka sejatinya berlangsung tanpa batas waktu.

Ups, bukan berarti program 5-7 hari tersebut salah. Sama sekali tidak! Ia amat excellent. Hanya menurut hemat saya, ia akan semakin excellent ketika diberi rentang waktu untuk setiap peserta mempraktikkan sendiri dalam kehidupan nyata, untuk kemudian dijadikan bahan pembelajaran lagi di pertemuan berikutnya. Ya, ini adalah metode pembelajaran yang dipercepat. Alih-alih saya sebagai trainer hanya membagikan pengalaman saya, para peserta lah yang berbagi pengalaman mereka. Bukankah menurut Anda ia akan amat kaya?

Program ini akan dibagi menjadi beberapa modul. Berawal dari NLP Model, kita akan mempelajari ‘bumbu-bumbu’ dasar untuk menguasai NLP. Dilanjutkan dengan NLP Pattern/Technique, bumbu-bumbu tersebut akan kita racik menjadi resep-resep praktis yang siap pakai. Terakhir, ia akan ditutup dengan ramuan aplikasi di 4 bidang: Personal Development, Business, dan Health. Program ini adalah saripati dari berbagai pelatihan yang pernah saya ikuti, buku-buku yang begitu banyak jumlahnya, dan yang pasti pengalaman saya mempraktikkan dalam berbagai konteks. Ditambah konteks kehidupan Anda sendiri, ia tentu akan menjadi sebuah kawah candradimuka yang luar biasa.

Well, sembari menunggu email saya berikutnya mengenai detil program, silakan mengirimkan komentar baik melaui email atau situs Indonesia NLP Society.

Adalah impian saya untuk menjadikan Indonesia NLP Society sebagai komunitas yang bermanfaat bagi bangsa ini. Dan kita bisa memulainya dengan mengambil keputusan akan tindakan yang berada dalam kontrol diri kita sendiri.

Sampai jumpa!

Author: Teddi Prasetya

Leave a Reply

1 Comment