• Teddi Prasetya
  • NLP Reflections
  • No Comments

“Yesterday is history. Tomorrow is mystery. Today is a gift, that’s why we call it PRESENT.”

Demikian kalimat terkenal yang tentu Anda tahu kalau sudah pernah nonton film Kung Fu Panda. Nasihat bijak nan berharga itu dituturkan oleh Guru Oogway kepada Po yang begitu gelisah menjalani latihannya untuk menjadi seorang Pendekar Naga. Film yang “NLP banget” ini memang saya tonton berkali-kali karena memiliki banyak pesan moral yang disampaikan dengan gaya humor sehingga membuat kita disassociated dan bisa meraih makna dengan lebih mudah.

Tapi, omong-omong, kenapa juga ya saya tiba-tiba membahas film ini?

Begini ceritanya.

Sempat saya berpikir bahwa mempelajari NLP adalah untuk menghapus berbagai hal buruk yang pernah saya alami di masa lalu. Wajar saya saya berpikir demikian, sebab memang yang paling terkenal dari NLP ya itu, terapinya itu lho. Meskipun kini banyak dikampanyekan bahwa “NLP is NOT therapy”, tetap saja terapi adalah cara paling gampang ‘menjual’ NLP. Dibandingkan dengan teknik “Disney Creativity Strategy”, Anda tentu lebih sering mendengar “Fast Phobia Cure” dibicarakan, bukan?

Namun, dalam perjalanannya, saya pun menemukan bahwa proses “mengubah” masa lalu, hakikatnya adalah proses awal untuk “menciptakan” masa depan. Terapi dalam NLP, meskipun begitu masyhur, sebenarnya hanyalah proses melepaskan rem tangan dari sebuah mobil sebelum ia digas untuk dijalankan. La kalau cuman dilepaskan rem-nya, tapi nggak digas, ya mana bisa jalan? Begitu kira-kira paradigma ini mengajarkan kepada saya. Maka kemudian saya pun jadi serius mempelajari yang namanya outcome, terutama wellformed outcome, yang katanya bisa membantu kita mencapai segala macam tujuan hidup. Nah, setelah mobil dilepaskan remnya, maka sekarang digas deh. Di sini saya mengenal yang namanya NLP Coaching sebagai sisi lain dari mata uang yang sama dengan NLP Therapy tadi.

Pencarian pun berlanjut, sampai saya menonton film Kung Fu Panda ini. Entah bagaimana, pemahaman yang saya dapat adalah: tidak ada hal yang lebih penting daripada HARI INI. Sebab yang kemarin ya sudah lewat. Yang besok ya masih misteri. Yang jelas-jelas ada ya cuman HARI INI.

Wah, kok kayaknya pasrah betul gitu ya? Apa kemudian jadi tidak berpikir masa depan?

Ups, bukan begitu donk. Begini maksud saya.

Apakah kalau kita menterapi diri kita dengan NLP, maka kemudian masa lalu kita berubah? Anda tentu sepakat untuk mengatakan, “Tidak”, bukan? Yang kita ubah hanyalah “peta” kita terhadap masa lalu, dan bukan masa lalu itu sendiri. Apakah jika kita meng-coach diri kita dengan NLP, maka kemudian masa depan kita pasti menjadi persis seperti yang kita inginkan? Ya belum tentu juga, la wong kita juga tidak pernah tahu apakah kita masih hidup atau tidak saat masa depan itu muncul nantinya. Yang kita otak-atik ya sebenarnya cuman “peta” kita tentang masa depan, dan bukan masa depan itu sendiri, sebab masa depan yang pasti hanyalah Hari Akhir.

Lalu, kita sebenarnya otak-atik dengan NLP ini untuk apa donk?

Ya untuk bisa menikmati hari ini! Atau, lebih persisnya adalah SAAT INI. Kita menterapi diri agar SAAT INI kita lepas dari berbagai belenggu masa lalu yang menghantui. Kita meng-coach diri agar SAAT INI kita berada di jalan yang benar seandainya kita diberi umur untuk mencapai tujuan tersebut.

Di titik inilah, saya merasakan sebuah kenikmatan yang luar biasa ketika menerapkan NLP dalam kehidupan saya. Di saat NLP menjadi sebuah bisnis dengan harga yang luar biasa mahal, rupa-rupanya ilmu ini menyimpan sebuah karunia yang jauh lebih mahal dari harga itu sendiri. Sebuah peta memang seringkali terasa mahal, apalagi peta yang bagus. Apalagi juga ketika kita tidak tahu mau kemana dengan peta itu. Maka pilihan untuk menikmati NLP hanya 2: menikmati hari ini, atau menunggu masa depan yang Paling Pasti. Karena yang kedua kita tidak pernah tahu pasti hasilnya, maka saya pun memilih menggunakan NLP untuk yang pertama. Apalagi, yang kedua sejatinya adalah hasil dari effort yang pertama.

Bagaimana dengan Anda?

Author: Teddi Prasetya

Leave a Reply