• Teddi Prasetya
  • Coaching
  • 1 Comment

Beberapa hari ini, saya tergelitik dengan tulisan dari salah satu sahabat saya, Coach Tjia Irawan. Ia menulis bahwa membangun coaching culture tidaklah cukup dengan hanya memberikan pelatihan coaching pada para manajer. Banyak inisiatif implementasi coaching tak jalan sebab karyawan pun perlu memiliki pemahaman yang tepat tentang coaching.

Ya, mengajari para manajer bagaimana melakukan coaching dengan baik itu penting. Namun coaching adalah proses interaktif antara coach dan coachee. Ia adalah dialog, bukan monolog. Seorang coach boleh jadi hebat mengajukan pertanyaan, namun ia takkan pernah bisa membuat coachee-nya menjawab. Sebab coaching memang adalah soal klien, bukan soal coach-nya.

Coaching is all about the client,” demikian para pembelajar coaching biasa mendengar. Bertanyanya seorang coach, adalah untuk memfasilitasi penelusuran dalam diri klien, oleh dirinya sendiri. Sebab jawaban atas segala tanya ada di dalam, menunggu tuk dikeluarkan. Maka coaching adalah proses dua arah, dengan fokus untuk membantu klien mendapatkan jawaban atas pertanyaannya sendiri.

Benarlah, jika membangun budaya coaching jelas tak cukup dengan membekali para manajer. Melainkan juga mesti mempersiapkan para karyawan untuk memanfaatkan keahlian coaching para atasannya, guna membantu dirinya bertumbuh. Percuma para manajer ahli dalam coaching, jika karyawan masih merasa coaching dilakukan sebab mereka punya masalah. Maka kala dipanggil untuk proses coaching, alih-alih bersemangat, para karyawan malah malas atau cemas sebab mengira dirinya memiliki kesalahan.

Jika dalam pelatihan coaching para manajer berlatih untuk mendengar dan bertanya, maka para karyawan pun perlu dibekali dengan keterampilan untuk mengeksplorasi diri. Jawablah pertanyaan para coach dengan sungguh-sungguh, lakukan penelusuran ke dalam, beranilah untuk keluar dari kenyamanan demi menyambut ketidakpastian di masa depan. Sebab coaching adalah jalan-jalan pertumbuhan. Dan pertumbuhan, diperoleh melalui keseimbangan antara impian dan tindakan. Dalam coaching, klien tidak saja akan diajak untuk merumuskan impian, ia pun akan ‘digoda’ untuk mewujudkannya dengan penuh kesungguhan.

Maka menjalani proses coaching berarti membuka diri terhadap tantangan. Renungkan baik-baik tiap pertanyaan yang diajukan oleh para coach, lalu aktiflah tuk menjawab dengan sungguh-sungguh. Jika para coach menantangmu tuk mewujudkan sesuatu, lakukan. Sebab di dalam tindakan lah terdapat banyak keajaiban. Coaching bukanlah tentang perusahaan, tapi tentang dirimu.

Author: Teddi Prasetya

Leave a Reply

1 Comment

  • Aryssandhy

    Menarik tulisannya pak…
    memang coaching adalah proses dua arah, namun dalam implementasinya hanya terjadi satu arah saja.

    Dan satu hal yang seringkali terjadi dalam implementasi coaching adalah “tebang pilih” (mengambil istilah di dunia politik) sehingga kesan coaching adalah bagi yang bermasalah adalah sesuatu yang muncul dari melencengnya implementasi coaching di banyak perusahaan

    cmiw