• Teddi Prasetya
  • Coaching
  • 2 Comments

Salah satu pertanyaan yang kerap saya terima terkait dengan NLP Coach Certification yang diadakan oleh Indonesia NLP Society adalah, “Sertifikasinya dari mana, Mas?” Sebuah pertanyaan yang amat khas beberapa tahun belakangan, semenjak maraknya berbagai program pelatihan bertajuk ‘sertifikasi’. Saya sendiri pun pernah mengalami masa ketika saya pun berprofesi sampingan sebagai ‘pemburu’ sertifikat. Alhamdulillah, saya segera insyaf. Hehe..

Tak ada yang salah dengan memburu sertifikat. Begitu pula bertanya tentang asal muasal sertifikasinya. Sebab asal sertifikat memang bisa jadi salah satu tolok ukur kualitas. Salah satu, masih ada yang lain.

Menjawab pertanyaan di atas, saya dengan mantab menjawab, “Dari Indonesia NLP Society!”

Ya, kami memang akan mensertifikasi lulusan kami sendiri. Tidak berafiliasi dengan organisasi luar negeri mana pun, meski penyusunan materi mengacu ke beberapa organisasi. Dan urusan tidak berafilisasi ini kami niatkan tidak hanya untuk saat ini, melainkan untuk seterusnya.

Mengapa?

Karena memang niat kami sejak awal adalah untuk mempelopori terbentuknya standar pendidikan coaching khas Indonesia. Kami tidak ingin terikat dengan organisasi luar, karena justru kami ingin menjadikan negeri ini salah satu barometer pengembangan keterampilan coaching di dunia. Maka kami terus belajar, kami secara pribadi mengambil sertifikasi dari lembaga-lembaga kenamaan seperti ICF dan MCF, lalu berusaha merumuskan pendekatan yang kami telah merasakan sendiri cocok dengan konteks keseharian di Indonesia.

Sisi lain, kami juga ingin meluruskan kembali makna kata sertifikasi. Dalam banyak program yang kami dapati, kata sertifikasi belum menunjukkan perbedaan dalam sisi kompetensi lulusannya. Padahal, ketika sebuah program disebut dengan sertifikasi, maka ada jaminan bahwa lulusannya telah memenuhi level kompetensi tertentu. Tanpa proses ini, maka ia lebih cocok disebut dengan pelatihan sebagaimana biasa. Maka proses sertifikasi, menghendaki adanya ujian untuk memastikan para lulusan memenuhi kompetensi yang telah ditetapkan.

Dalam NLP Coach Certification yang kami adakan, setelah 8 hari mengikuti pelatihan, para peserta akan menjalani ujian kompetensi. Hanya ketika peserta telah lulus maka akan disertifikasi sebagai NLP Coach. Tidak ada batasan waktu maksimal untuk lulus. Mereka yang belum lulus dapat terus mengulang ujian hingga lulus. Sebab kelulusan sejatinya hanyalah buah dari proses latihan. Setiap peserta yang memenuhi waktu latihan 30-50 jam sangat kecil kemungkinannya tidak lulus. Dalam jumlah tersebut, sekian banyak kompetensi akan terangkai menjadi sebuah seni yang menjadi bagian dari dirinya. Jadi, sebagaimana salah satu ungkapan guru kami, L. Michael Hall, “It’s just a matter of time.”

Program ini sungguh merupakan program yang penuh dengan idealisme. Kami sangat ingin Indonesia menjadi salah satu acuan pembelajaran NLP dunia. Ini bukan tanpa alasan, sebab negeri ini sungguh kaya dengan filosofi, prinsip, dan praktik hidup yang mampu menciptakan kehidupan yang harmonis. Sekian banyak perbedaan menjadi satu kesatuan yang serasi. Banyak rumah ibadah lain agama berdiri berdampingan tanpa ada kerusuhan sejak ratusan tahun. Maka sungguh masuk akal jika kita bercita-cita untuk memiliki sebuah model coaching yang akan memfasilitasi aktualisasi diri, khas negeri ini.

OK, nantikan informasi lengkapnya ya!

Author: Teddi Prasetya

Leave a Reply to drg muhammad syafaat Cancel reply

2 Comments