• Teddi Prasetya
  • Coaching Insight
  • No Comments

Sebuah tantangan tersendiri, ketika klien coaching saya adalah karyawan yang ditugaskan oleh perusahaan. Ditambah lagi mereka belum pernah mendengar tentang coaching. Ada beberapa langkah, teknik, dan trik yang perlu dilakukan agar keseluruhan sesi berjalan lancar. Namun ada satu hal yang saya ingin ulas kali ini.

Ya, karena ditugaskan oleh perusahaan, dalam hal ini diwakili oleh atasan, maka tujuan perubahan pun ditentukan oleh perusahaan (atasan). Padahal, coaching baru akan efektif jika tujuan ditentukan sendiri oleh klien. Kan coaching adalah tentang klien. Bagaimana bisa ia sungguh-sungguh menjalani proses perubahan jika tujuan yang harus ia capai bukan ia tetapkan sendiri?

Maka sebelum mulai sesi perdana, saya selalu mengajak klien untuk mengklarifikasi betul tujuan dari perusahaan. Meski tentu, saya sendiri sudah mengetahuinya ketika atasan mengundang saya.

Singkat cerita, setelah ia menjelaskan kepada saya pemahamannya, saya pun bertanya, “Bagaimana menurut Anda tujuan ini?”

“Maksudnya? Ini kan yang diinginkan oleh atasan saya,” begitu biasa jawaban yang sering muncul.

“Ya, betul. Dan karena tugas saya adalah membantu Anda berubah, dan yang akan menjalani perubahan adalah diri Anda, maka apa yang terpikir oleh Anda saat melihat tujuan ini?”

Tidak jarang saya temui, meski klien yang ditugaskan untuk menjalani coaching umumnya adalah para talent yang berpotensi tinggi, mereka merespon negatif terhadap tujuan yang ditetapkan oleh atasan. Tentu sebabnya bukan karena tujuan itu buruk. Namun karena memang belum ada keterlibatan diri mereka sendiri dalam perumusannya. Atau setidaknya, banyak klien yang skeptis, apakah mereka mampu mencapai tujuan tersebut.

Di titik inilah, mereka biasanya bertanya, “Pentingkah apa yang saya pikirkan? Toh, akhirnya saya harus mencapai tujuan dari perusahaan.”

“Mungkinkah tujuan perusahaan ini tercapai, jika Anda sendiri merasa tidak yakin?”

“Ya, sulit sih.”

“Nah, kalau begitu, bagaimana menurut Anda, tujuan ini bisa bermanfaat untuk diri Anda pribadi?”

Dari sini, biasanya sesi pun mengalir. Sebab pembicaraan sudah mulai beralih dari ‘itu bukan untuk saya’ menjadi ‘ini tentang saya’.

 

 

Author: Teddi Prasetya

Leave a Reply