Bahasan kita kali ini adalah tentang Cara Kerja Pikiran. Bahasa teknisnya agak berbeda: NLP Communcation Model. Memahami cara kerja pikiran akan memudahkan kita dalam memodifikasi berbagai program yang ada dalam diri kita. Entah program yang terkait emosi, maupun program yang terkait dengan perilaku.
Sebelum saya bahas lebih banyak, coba renungkan pertanyaan sederhana berikut ini:
Apa sebenarnya yang paling diinginkan oleh seseorang di atas bumi ini? Setiap orang akan menjawab berbeda-beda: bahagia, sukses, kaya, damai dsb. Jawaban klasik bukan?
Jika seseorang ingin bahagia, apakah sekarang sudah bahagia?
Jika seseorang ingin sukses, apakah sekarang sudah sukses?
Jika seseorang ingin kaya, apakah sekarang sudah kaya?
Jawaban brutalnya: belum
Bila kita generalisasi, maka sebenarnya yang diinginkan oleh manusia adalah perubahan.
Dari tidak bahagia menjadi bahagia. Dari bahagia menjadi lebih bahagia.
Dari belum kaya menjadi kaya. Dari kaya menjadi semakin kaya.
Dari belum sukses menjadi sukses. Dari sukses menjadi lebih sukses.
Orang pada dasarnya ingin mengubah hasil-hasil yang mereka dapatkan dalam hidup mereka.
Mereka yang punya anak “nakal” ingin mengubah anaknya menjadi “baik.”
Mereka yang kariernya mentok, ingin kariernya mulus.
Mereka yang jualannya seret, ingin jualannya laris.
Orang ingin mengubah hasil-hasil yang mereka dapatkan di berbagai area hidup mereka: keluarga, pekerjaan, bisnis dsb.
Pertanyaannya, hasil-hasil yang kita dapatkan ini darimana datangnya? Hasil-hasil yang kita dapatkan adalah akibat dari perilaku kita, dari tindakan dan aksi kita. Maka, jika kita ingin mengubah hasil-hasil yang kita dapatkan kita perlu mengubah perilaku kita. Tidak mungkin hasil berubah bila kita tidak mau mengubah perilaku kita.
Misalnya Anda ingin meningkatkan omset Anda 2x lipat dari sekarang. Apakah Anda bisa mewujudkan hasil tersebut bila Anda tidak mengubah perilaku (tindakan dan cara) Anda? Saya yakin tidak. Bila kita ingin meningkatkan omset, maka kita perlu mengubah cara promosi kita.
Contoh lain, Anda ingin anak Anda mengerti saat diajari oleh Anda tentang pelajarannya. Anda sudah coba mengajari mereka tapi mereka masih nggak ngerti-ngerti juga. Lalu, Anda ajari mereka berulang kali dengan cara yang sama. Apakah mereka akan mengerti? Biasanya tidak. Percuma Anda mengajari mereka berulang-ulang dengan cara yang tidak mereka mengerti. Lucunya, kita menyalahkan mereka dengan mengatakan “kamu ini gimana sih, diajari bolak-balik nggak ngerti-ngerti!” Padahal yang salah bukan yang diajari, yang salah adalah yang mengajari. Seperti kata pepatah, “Tidak ada murid yang bodoh, yang ada hanya guru yang tidak bisa mengajar.”
Contoh lain lagi, saya ingin menghasilkan buku. Selama ini saya tidak pernah mengkhususkan waktu untuk menulis naskah buku secara rutin. Jika saya pertahankan perilaku ini, mungkinkah buku yang saya cita-citakan terwujud? Saya yakin tidak.
Maka, untuk mengubah hasil kita perlu mengubah perilaku kita. Kita perlu fleksibel menyesuaikan cara kita sehingga hasilnya sesuai dengan apa yang kita inginkan. Einstein pernah berkata: “Cukuplah dianggap sebagai orang gila, mereka yang melakukan berulang-ulang hal yang sama dan mengharapkan hasil yang berbeda.” Kita tidak mau disebut sebagai orang gsila bukan?
Jadi, untuk mengubah hasil kita perlu mengubah perilaku. Lalu, bagaimana cara kita mengubah perilaku? Kita akan pelajari di artikel berikutnya. Stay tune.