• Darmawan Aji
  • Neuro-Linguistic Programming, NLP Basic
  • No Comments

Di artikel yang lalu kita sudah belajar bahwa kita merekam pengalaman dalam bentuk gambar, suara dan rasa. Kita pun dapat menganalogikan proses berpikir kita dengan tayangan film. Semakin jelas gambar dan suaranya, semakin berasa efeknya.

Coba Anda bandingkan dua pengalaman. Pertama adalah pengalaman yang sangat berkesan (misal pengalaman menyenangkan, atau membanggakan – pengalaman yang melibatkan emosi Anda). Kedua adalah pengalaman yang biasa saja. Kita mulai dengan memunculkan pengalaman yang sangat berkesan terlebih dulu ya.

Munculkan pengalamannya, ingat-ingat peristiwanya. Sudah?

Sekarang, amati ingatan Anda. Apakah ada gambar yang muncul?

Perhatikan gambarnya, apakah gambarnya hidup seperti film atau diam seperti foto? Apakah gambarnya dekat atau jauh? Berwarna atau hitam putih? Ukurannya besar atau kecil? Gambarnya jelas atau kabur? Panoramik atau berbingkai?

Apakah ada suaranya? Volumenya besar atau kecil? Suaranya ada di sekeliling Anda (surround) atau hanya dari arah tertentu? Cepat atau lambat? Nadanya tinggi atau rendah?

Perhatikan apa yang Anda rasakan sekarang. Apakah muncul perasaan tertentu di tubuh Anda? Di bagian mana? Apakah perasaan tersebut bergerak atau diam? Jika bergerak gerakannya seperti apa? Naik turun, berputar-putar, ke depan belakang atau seperti apa? Jika berputar, putarannya ke arah kanan atau kiri?

Sudah? Anda boleh mencatat jawaban Anda di atas kertas. Jawaban Anda mungkin akan seperti ini:

Gambar (modalitas visual):

  • Film
  • Dekat
  • Berwarna
  • Besar
  • Jelas
  • Panoramik

Suara (modalitas auditori)

  • Volume sedang
  • Di sekeliling
  • Kecepatan sedang
  • Nada rendah

Rasa (modalitas kinestetik)

  • Dada
  • Bergerak
  • Berputar ke kiri

(Jawaban setiap orang tentu saja berbeda, ini bukan tentang benar-salah)

Kita break dulu sebentar. Hitung, 3 x 15 hasilnya berapa? (Ini namanya break state, fungsinya untuk mengubah dari satu kondisi pikiran ke kondisi pikiran lainnya).

Sekarang, pikirkan pengalaman yang biasa saja. Ingat-ingat peristiwanya. Tanyakan daftar pertanyaan yang sama seperti di atas. Kemudian tuliskan jawabannya di atas kertas.

Jawaban Anda mungkin seperti ini:

Gambar (modalitas visual):

  • Diam
  • Dekat
  • Berwarna
  • Sedang
  • Kabur
  • Panoramik

Suara (modalitas auditori)

  • Volume kecil
  • Selainnya tidak jelas

Rasa (modalitas kinestetik)

  • Tidak ada rasa

(Jawaban setiap orang tentu saja berbeda, ini bukan tentang benar-salah)

Bandingkan kedua jawaban Anda. Apakah jawabannya sama persis? Atau ada yang berbeda? Dalam sebagian besar kasus, jawabannya pasti ada yang berbeda. Ada yang perbedaannya sangat kontras, ada yang perbedaannya tipis (hanya pada satu dua sub elemen dari masing-masing modalitas).

Dari latihan ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa pikiran terdiri dari beberapa modalitas (VAK-OG). Masing-masing modalitas memiliki sub elemen, misalnya modalitas visual sub elemennya bisa saja: bergerak atau diam, jauh atau dekat, berwarna atau hitam putih dsb. Sub elemen dari sebuah modalitas kita istilahkan dengan submodalitas di dalam NLP.

Sehingga kita dapat mengatakan, pengalaman memiliki struktur. Strukturnya adalah modalitas dan submodalitas. Menariknya, ternyata struktur pengalaman kita memengaruhi apa yang kita rasakan. Struktur pengalaman di dalam pikiran kita memengaruhi perasaan kita.

Author: Darmawan Aji

Leave a Reply