• Darmawan Aji
  • Neuro-Linguistic Programming, NLP Basic
  • 3 Comments

Menurut disiplin ilmu NLP, “berpikir” adalah kegiatan memutar film, gambar, suara atau sensasi di dalam benak kita. Untuk memudahkan, kita sebut film/gambar/suara/sensasi ini sebagai “film mental.” Film mental ini memengaruhi apa yang kita rasakan dalam tubuh kita; state (perasaan/emosi) kita. Menyadari film mental yang kita putar dalam benak kita adalah keterampilan penting agar kita mampu mengelola state kita.

Film mental dalam benak kita muncul begitu cepatnya tanpa kita sadari. Untuk “menghentikan”, mengamati dan memodifikasinya kita perlu berlatih menyadarinya. Luangkan waktu setiap hari untuk melatih diri menyadari film mental yang kita putar di dalam benak kita.

Sebagian besar film mental dalam benak kita muncul secara otomatis. Bila kita tidak mengendalikannya, maka kita akan dikendalikan olehnya. Mengendalikan secara penuh tentu saja tidak bisa, namun kita dapat berlatih untuk mengelola dan mengeditnya.

Ibarat seorang sutradara, kita punya hak untuk mengatur skenario yang kita putar dalam benak kita. Kita punya hak untuk mengelola tampilan film di dalam benak kita.

Ide film mental ini memang hanya metafora, meski demikian ide ini sangat bermanfaat dalam memahami dan mengelola diri sendiri.

Film mental yang kita ciptakan di dalam benak kita akan menjadi peta untuk menjalani hidup kita. Kita menciptakannya, merekamnya, menyimpannya dan memutarnya untuk memandu pilihan-pilihan serta tindakan-tindakan kita. Bila kita mampu mengubah elemen di dalam film mental ini, kita tidak hanya akan mengubah filmya. Mengubah elemen dalam film mental akan mengubah keputusan, tindakan, kata-kata, perilaku, dan emosi kita.

Dalam artikel kali ini saya akan bagikan latihan-latihan praktis untuk mengedit pikiran yang mengganggu. Langsung saja ya…

Latihan #1

Apakah Anda memiliki pengalaman tidak menyenangkan yang mengganggu diri Anda? Bukan pengalaman traumatik, melainkan sekadar pengalaman tidak nyaman saja. Ada? Perasaan apa yang muncul bila Anda mengingatknya? Kesal? Marah? Sedih? Kecewa? Atau apa? Beri nama pada perasaan tersebut. Lalu periksa, di skala berapakah rasa tersebut saat ini? Gunakan skala 1-10. Sekarang, saya ingin Anda membayangkan di depan Anda ada sebuah televisi hitam putih kuno. Putar kejadian yang tidak menyenangkan di televisi tersebut. Lihat diri Anda yang sedang mengalami peristiwanya di dalam televisi hitam putih itu. Geser dan jauhkan televisinya, lalu buat gambarnya menjadi agak kabur. Sekarang, periksa kembali perasaan Anda? Sudah turun di skala berapa kah rasanya?

Latihan #2

Apakah Anda memiliki kenalan yang kurang Anda sukai? Mungkin Anda kesal atau marah kalau mengingatnya? Jika Anda ingin menetralisir atau paling tidak mengurangi perasaan Anda kepadanya, Anda boleh melakukan latihan berikut.

Munculkan gambar orang tersebut dalam pikiran Anda. Buat menjadi diam seperti foto. Lalu, beri bingkai yang lucu (misal bingkai bunga-bunga). Bagaimana perasaan Anda sekarang? Jika, Anda masih ingin menguranginya, Anda boleh menambahkan blush-on warna merah di pipinya dan bola bulat merah di hidungnya. Bagaimana perasaan Anda sekarang? Berubah bukan?

Latihan #3

Pilih pengalaman yang kurang menyenangkan. Amati gambar yang muncul di pikiran Anda. Putar musik yang lucu untuk mengiringinya (misal soundtrack Doraemon), bagaimana perasaan Anda?

Latihan #4

Pilih pengalaman yang memunculkan perasaan yang kurang nyaman dalam diri Anda. Amati perasaan tidak nyaman itu. Di bagian tubuh mana lokasinya? Apakah dia diam atau bergerak? Dengan imajinasi Anda, pindahkan lokasinya. Buat dia bergerak naik… turun… kemudian menuju ubun-ubun dan lepaskan… biarkan dia lepas ke udara… lakukan berulang-ulang sampai perasaan tidak nyaman tersebut hilang…

Selamat berlatih!

Author: Darmawan Aji

Leave a Reply

3 Comments

  • Sari

    Mas, latihan ini bisa untuk anak-anak balita kah?
    Dan bagaimana memberi penjelasan di bagian mengedit gambar tanpa menghilangkan rasa hormat anak itu kepada foto orang yg diedit? (misalnya : guru yg memarahinya di sekolah)

  • Mengedit pikiran agar emosi berubah nantinya apa punya dampak “tidak lagi hati-hati” dalam mengambil pelajaran dari peristiwa “buruk” ?