Pernah mengalami kejadian seperti ini?
Dalam khasanah NLP, stimulus seperti foto, aroma, dan lagu tertentu di atas disebut dengan anchor (jangkar). Sehingga kita dapat definisikan anchor sebagai sebuah stimulus yang dapat memicu sebuat respons otomatis tertentu: entah pikiran, perasaan, atau perilaku. Contoh-contoh di atas adalah anchor yang terbentuk secara tidak sengaja. Menariknya, kita pun dapat membuat anchor dengan sengaja untuk mengakses perasaan yang kita inginkan.
Proses yang terjadi saat terbentuknya anchor mirip dengan penelitian Dr. Pavlov (ilmuan Rusia) pada, maaf, anjing. Dr. Pavlov menyimpan anjing-anjing kelaparan dalam sebuah kandang. Lalu, mereka disuguhi daging untuk mereka makan. Melihat makanan tersedia, anjing-anjing itu pun mengeluarkan air liur – pada saat itulah bel dibunyikan. Demikian proses pengkondisian dilakukan berulang-ulang: setiap kali daging muncul dan air liur anjing keluar, bel dibunyikan. Proses ini diulang beberapa kali. Sampai akhirnya, anjing-anjing ini mengasosiasikan bunyi bel dengan daging/makanan. Setiap kali bel dibunyikan anjing-anjing yang diteliti Pavlov secara otomatis mengeluarkan air liur. Pengkondisian stimulus-respon pun sudah terjadi. Kesimpulan singkatnya, setelah proses pengkondisian maka sebuah respon (perilaku) akan muncul otomatis setiap kali stimulus (rangsangan) diberikan.
Menariknya, manusia pun dapat “terkondisikan” baik secara sengaja maupun tak sengaja. Dalam NLP, proses pengkondisian seperti ini disebut anchoring, yaitu proses mengasosiasikan respon internal dengan pemicu atau stimulus eksternal, sehingga respon tersebut muncul dengan cepat dan otomatis. Stimulus dalam anchoring ini dapat berupa informasi visual, auditory, kinestetik, olfactory, maupun gustatory.
Kita dapat melakukan anchoring dengan mengikuti langkah-langkah berikut ini.
Munculkan state (baca: mood, perasaan, emosi) yang ingin Anda dapatkan, katakanlah state percaya diri. Anda dapat memunculkan state ini dengan:
State terbaik untuk di-achor adalah state yang sedang terjadi. Terbaik berikutnya adalah states yang pernah terjadi di masa lalu yang dapat dirasakan kembali dengan jelas saat ini. Terakhir, barulah state imajinatif.
Perkuat pengalaman Anda dengan memperjelas bayangan, suara dan sensasi fisik yang Anda rasakan. Beri warna yang lebih cerah dalam gambaran mental Anda (atur ulang submodalitas-nya, silakan baca bahasan sebelum ini). Lalu, masuklah Anda ke dalam pengalaman tersebut (asosiasi). Menyatulah diri Anda dengan perasaan percaya diri ini. Sesuaikan fisiologi tubuh Anda.
Perkuat lagi state percaya diri ini dengan menarik napas panjang dan dalam. Sebelum tarikan napas Anda sampai pada puncaknya, pasang anchor-nya (misalnya dengan mengepalkan tangan, menyentuh dagu atau dengan kode lainnya). Lalu, saat setelah sampai di puncak pengalaman, hembuskan nafas Anda perlahan-lahan sambil melepaskan anchor Anda. Ulangi proses ini beberapa kali.
Sekarang bayangkan kapan dan dimana Anda akan menggunakan anchor ini. Dalam benak Anda, imajinasikan Anda sedang mengalami situasi tersebut. Lalu picu anchor Anda.
Lakukan tes, kepalkan tangan Anda dan rasakan state percaya diri yang muncul. Oya, ingatlah untuk melakukan break state (istirahat, berinteraksi dengan lingkungan, memikirkan hal lain) sebelum melakukan tes. Jika hasilnya masih belum sesuai dengan apa yang Anda harapkan, ulangi prosesnya.
Dengan keterampilan anchor ini, Anda dapat mengakses state apapun yang Anda inginkan: percaya diri, bahagia, tenang, rileks, bijaksana, berani…, dan Anda dapat mengaksesnya kapanpun. Tentu saja, sama seperti keterampilan lain, Anda perlu berlatih secara teratur agar keterampilan anchoring ini menyatu dengan diri Anda.
Oya, agar anchor dapat bekerja lebih efektif maka dalam membentuk anchor Anda perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Selamat Berlatih!