Selamat pagi! Tidak peduli kapanpun Anda membaca artikel ini, saya berharap Anda selalu mempertahankan semangat pagi Anda. Well, Terima kasih telah menunggu datangnya artikel ini di hadapan Anda. Di artikel pamungkas tentang konsep dasar Meta Model ini kita akan belajar tentang penggunaan Meta Model secara efektif, efisien, dan yang pasti elegan.
”Monster Meta Model” adalah istilah yang pernah dilontarkan oleh salah seorang peserta The NLP Adventure bulan Juli lalu. Tidak mengherankan, sebab jika Anda menggunakan Meta Model mentah-mentah dengan segala bentuknya, pastilah Anda akan menjelma menjadi seorang dengan rentetan pertanyaan yang tiada henti bak tentara sedang menembak dengan senapannya. Alhasil, alih-alih menghasilkan keajaiban, resistensi lah yang muncul. Padahal, jika kita bisa melakukan Meta Model dengan tepat, seringkali kita tidak perlu menawarkan solusi apapun sebab lawan bicara kita sudah bisa memunculkan solusi yang muncul dari pemikirannya sendiri.
Lalu, bagaimana persisnya kita melakukan Meta Model yang elegan seperti ini?
Masih ingat dengan ”Seminar 3 Menit NLP”? Awali semuanya dengan outcome, lanjutkan dengan pacing disertai kalibrasi untuk kemudian kita manfaatkan,dan terapkan teknik secara fleksibel untuk leading unconsciously.
Outcome
There is no change without an outcome. Ya, bukan perubahan yang efektif namanya jika tidak memiliki tujuan akhir yang jelas. Karena bahasa yang kita gunakan sehari-hari hakikatnya mengandung amat banyak ”pelanggaran” Meta Model, akan terlalu panjang jika kita tanyakan secara presisi setiap deletion, distortion, ataupun generalisasi yang muncul. Outcome adalah kuncinya. Tanyakan hanya pada bagian yang menurut Anda paling dekat mengantarkan Anda pada tujuan dari pembicaraan. Meminjam saran dari Bob Bodenhammer, mulailah dengan me-Meta Model distortion terlebih dahulu. Lanjutkan dengan generalization, dan akhiri dengan deletion. Mengapa demikian? Karena porsi terbesar ”pelanggaran” Meta Model dalam penggunaan bahasa kita terletak pada deletion. Memulai dengan deletion terlebih dahulu hanya akan mengantarkan kita untuk melakukan Meta Model seharian penuh tanpa akhir. Sisi lain, memulai dengan distortion akan membantu kita untuk memahami level berpikir pada tingkat yang lebih tinggi seperti keyakinan, nilai-nilai, dsb. Alhasil, kita akan lebih mudah ’menangkap’ deep structure dari kalimat yang dilontarkan.
Pacing and Calibration
Jika Anda masih ingat dengan bahasan kita tentang menjadi NLPers yang sensitif, Anda tentu sudah tidak asing lagi dengan dua istilah ini. Pacing dan kalibrasi akan membuat Anda memahami state dari lawan bicara sehingga Anda dapat melihat, mendengar, dan merasakan dari sudut pandangnya. Dengan demikian, secara unconscious Anda akan mampu menggunakan Meta Model dengan ”bahasa” lawan bicara Anda dan karenanya akan mengurangi resistensi yang mungkin muncul akibat pertanyaan berseri Anda. Caranya, gunakan prinsip 3P1L alias Pacing-Pacing-Pacing-Leading. Lakukan pacing 3 kali baik secara verbal maupun non verbal, baru kemudian leading dengan pertanyaan yang telah Anda siapkan. Dengan bahasa yang lebih mudah, rumus ini bisa juga menjadi 4A alias Amini-Amini-Amini-Arahkan. Amini dalam hal ini adalah proses mengiyakan/membenarkan apa yang dikatakan oleh lawan bicara sehingga ia merasa diterima dan dipahami.
Hubungan kami semakin lama semakin memburuk.
Oh, begitu ya. Jadi kamu merasa hubunganmu dengan istrimu semakin lama semakin memburuk. (Sembari melakukan pacing fisiologi)
Ya, begitulah.
Mmm…begitu ya rasanya. (Tetap lakukan pacing fisiologi sembari memperagakan kembali ekspresi yang ditunjukkan oleh lawan bicarai)
Ya, lelah rasanya.
Lelah ya. Bagaimana sih persisnya hubungan kalian selama ini?
Leading Unconsciously and Future Pacing
Jika pacing Anda sudah tepat, maka leading akan menjadi mudah. Melakukan Meta Model secara tepat dengan berbekal outcome yang jelas akan membuat pertanyaan-pertanyaan yang Anda ajukan menjadi pertanyaan ajaib. Ya, saya sendiri seringkali menemui pertanyaan saya mampu membuat lawan bicara saya menemukan insight tanpa perlu saya ’ceramahi’. Anda tentu pernah mendengar kisah guru-guru hebat yang zaman dulu yang mengajar dengan cara bertanya, bukan? Nah, kira-kira seperti itulah caranya. Setelah solusi itu muncul, perkuatlah ia dengan membenarkan dan mengajaknya untuk melakukan future pacing. Bagi Anda yang belum pernah mendengar, future pacing adalah proses membayangkan, mendengarkan, dan merasakan diri kita di masa depan melakukan perubahan yang kita ingin. Hebatnya, Anda tetap bisa menggunakan Meta Model untuk melakukan ini.
Nah, bisa kamu bayangkan bagaimana persisnya besok kamu mulai menerapkan solusi ini?
OK, sampai disini teorinya. Anda siap untuk menciptakan keajaiban?