• Darmawan Aji
  • Neuro-Linguistic Programming, NLP Basic
  • No Comments

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan pikiran? Apa riilnya? Kalau kita lihat kamus, kita akan mendapatkan definisi sebagai berikut:

pikiran/pi·kir·an/ n 1 hasil berpikir (memikirkan); 2 akal; ingatan; 3 akal (dalam arti daya upaya); 4 angan-angan; gagasan; 5 niat; maksud.

Sementara berpikir memiliki definisi:

berpikir/ber·pi·kir/ v menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu; menimbang-nimbang dalam ingatan.

Jadi, pikiran ini masuk dalam kategori kata benda. Namun, apakah bendanya secara riil ada? Apakah bendanya secara fisik ada? Tidak ada. Sama seperti kata pembicaraaan, kata ini masuk dalam kata benda namun bendanya “tidak ada”. Karena pembicaraan adalah pembendaan (nominalisasi) dari proses berbicara. Prosesnya ada, namun bendanya tidak ada. Pikiran pun sama. Pikiran adalah nominalisasi dari proses berpikir. Hasilnya dan benda untuk melakukan proses berpikir kita namakan pikiran.

Sama seperti pikiran sadar dan tak sadar (bawah sadar), apakah riilnya ada? Tidak ada. Kedua istilah tersebut hanyalah model untuk memudahkan kita memahami proses berpikir. Proses berpikir ada yang kita sadari dan ada yang tidak kita sadari. Pikiran-pikiran yang kita sadari kita sebut dengan pikiran sadar, sementara yang tidak kita sadari kita sebut dengan pikiran tak sadar (atau bawah sadar).

Maka, untuk memahami pikiran, kita perlu memperhatikan prosesnya, bukan pada bendanya. Pada saat kita mengatakan saya sedang memikirkan sesuatu? Apa sebenarnya yang kita lakukan di dalam benak kita? Proses seperti apa yang terjadi dalam diri kita? Mari kita lakukan sedikit eksperimen.

Pikirkan makanan yang Anda suka. Sudah? Bagaimana Anda tahu bahwa Anda sedang memikirkannya? Apa yang muncul dalam benak Anda?

Apakah Anda melihat gambarnya di dalam benak Anda? Anda membayangkannya?

Apakah Anda memunculkan aromanya di dalam ingatan Anda?

Apakah Anda mengingat rasanya di lidah Anda?

Perhatikan, ternyata pikiran muncul dalam bentuk gambar, bau atau rasa.

Sekarang pikirkan salah satu teman SMA Anda. Sudah? Bagaimana Anda tahu bahwa Anda sedang memikirkannya? Apa yang muncul dalam benak Anda?

Apakah ada gambar wajah teman Anda dalam pikiran Anda?

Apakah ada suaranya?

Apakah Anda ingat baunya?

Perhatikan lagi, pikiran muncul dalam bentuk gambar, suara, atau bau.

Dari eksperimen sederhana ini kita dapat simpulkan bahwa kita berpikir dengan memunculkan gambar, suara, rasa (sentuhan), bau, dan rasa (pengecapan).

Entah kita mengingat sesuatu, atau memikirkan sesuatu yang belum terjadi, kita menggunakan salah satu dari lima modalitas di atas.

  • Modalitas Visual – gambar,
  • Modalitas Auditori – suara,
  • Modalitas Kinestetik – rasa (sentuhan),
  • Modalitas Olfaktori – bau,
  • Modalitas Gustatori – rasa (pengecapan).

Kita menyingkatnya dengan VAKOG – Visual, Auditori, Kinestetik, Olfaktori dan Gustatori.

Pada saat mengingat atau memikirkan sesuatu, kita menggunakan salah satu atau kombinasi dari beberapa modalitas di atas. Misalnya, pada saat Anda mengingat buku yang pernah Anda baca, bisa jadi Anda mengingatnya dengan cara memunculkan gambarnya (V) atau memunculkan suaranya (A). Demikian juga saat ada pikiran yang mengganggu, pikiran tersebut bisa jadi berbentuk:

  • Tayangan film (V),
  • Gambar yang terbayang (V),
  • Suara yang terngiang-ngiang (A),
  • Self-talk – kita berbicara dengan diri sendiri (A),
  • Rasa nyeri, tertekan di dada atau rasa lainnya (K).

Nah, dengan memahami struktur dari pikiran ini nantinya kita akan mampu untuk mengelolanya. Bagaimana caranya? Simak saja artikel-artikel berikutnya.

Author: Darmawan Aji

Leave a Reply